Akreditasi Dan Yaumul Hisab: Sebuah Cermin Kehidupan
Dewi Setiawati
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Ketika sebuah lembaga pendidikan akan menghadapi akreditasi lapangan, seluruh warga sekolah /kampus/ institusi akan bersiap. Dokumen dilengkapi, ruangan dirapikan, dan semua prosedur ditinjau kembali. Ada rasa cemas yang menyelimuti, takut jika hasilnya tak memuaskan. Semua ingin menunjukkan yang terbaik di hadapan asesor, karena penilaian itu akan menentukan status akreditasi dan masa depan lembaga.
Dalam kehidupan ini, ada hari penilaian yang jauh lebih dahsyat — yaumul hisab, hari di mana setiap amal manusia akan diperiksa tanpa ada yang luput.
Allah berfirman:
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya)."
(QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Namun, mengapa banyak orang merasa begitu takut saat akreditasi, tetapi terlena dan lupa akan hisab akhirat? Mungkin karena akreditasi terasa nyata dan dekat, sementara yaumul hisab terasa jauh, padahal bisa saja datang kapan pun tanpa tanda.
Perlu kita sadari, bahwa kehidupan ini sejatinya adalah masa pengumpulan data amal.
Allah adalah Asesor utama, dan catatan-Nya jauh lebih sempurna dari laporan mana pun. Kita sedang menjalani ujian akreditasi hidup, hanya saja waktunya belum diberitahukan.
Maka mari persiapkan diri seperti kita menyiapkan akreditasi, bahkan lebih serius lagi.
Rapikan niat, perbaiki amal, dan isi hidup dengan kebaikan. Karena ketika yaumul hisab tiba, tak ada lagi waktu memperbaiki laporan. Yang ada hanya hasil dan pertanggungjawaban.
Mari bersiap, Kawan!