Kekuatan Seorang Ibu:
Rahasia di Balik La Haula wa La Quwwata illa Billah
Oleh:
Dewi Setiawati
Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar
Di era modern ini, semakin banyak wanita mengemban peran ganda yang penuh tantangan. Ada yang bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, ada yang mengejar cita-cita sambil menjaga keharmonisan rumah tangga, dan ada pula yang memikul amanah berlapis: menjadi ibu yang penuh kasih di rumah sekaligus profesional yang bertanggung jawab di tempat kerja.
Semua peran tersebut tidaklah ringan. Bahkan sering kali terasa melelahkan, baik secara fisik maupun mental.
Di tengah hiruk-pikuk kesibukan tersebut, terdapat satu kalimat sederhana yang menyimpan kekuatan luar biasa:
"La haula wa la quwwata illa billah" – "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah"
Bagi seorang ibu yang bekerja, kalimat ini bukan sekadar dzikir, melainkan nafas kehidupan. Setiap pagi, ketika fajar baru menyingsing, seorang ibu sudah mulai berjuang: menyiapkan sarapan, memastikan anak-anak siap berangkat dengan rapi, mengurus kebutuhan suami, lalu bergegas menuju tempat kerja dengan segudang tanggung jawab yang menanti.
Belum lagi tuntutan di kantor, urusan rumah tangga, serta peran sosial di masyarakat. Terkadang terasa seolah pundak ini terlalu rapuh untuk menopang semua beban hidup.
Di kala lelah mulai menggerogoti jiwa, ketika hati mulai berbisik lemah, "Mampukah aku menjalani semua ini?"
Di situlah kalimat mulia ini hadir menenangkan: La haula wa la quwwata illa billah.
Kalimat ini mengingatkan bahwa kita tidak pernah sendirian. Bahwa kekuatan sejati bukanlah dari secangkir kopi yang kita teguk atau jam tidur yang cukup, melainkan dari Allah Yang Maha Perkasa yang senantiasa menyertai setiap langkah kita.
Seorang ibu adalah sekolah kesabaran yang hidup. Sabar menghadapi tangisan anak, sabar dengan rekan kerja yang kadang menyulitkan, sabar dengan rumah yang tak pernah selesai dirapikan. Namun sabar di sini bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan mengakui bahwa segala ikhtiar akan terasa ringan bila hati sepenuhnya bergantung kepada Allah.
Dari kesabaran itulah lahir keikhlasan—ikhlas menerima bahwa tidak semua harus sempurna, ikhlas ketika ada yang tidak sesuai rencana, ikhlas memberi tanpa mengharap balasan. Karena seorang ibu memahami bahwa setiap kelelahan yang dipersembahkan dengan niat lillahi ta'ala akan Allah catat sebagai amal saleh yang bernilai pahala.
Maka la haula wa la quwwata illa billah bukan sekadar penghibur di kala duka. Kalimat ini adalah pengingat bahwa ketika kaki mulai gemetar menapaki perjalanan panjang kehidupan, ada kekuatan Allah yang menopang. Ketika pundak terasa berat, ada rahmat Allah yang meringankan. Dan ketika hati hampir menyerah, ada janji Allah bahwa setiap kesabaran akan dibalas dengan kemudahan.
Wahai para ibu dengan segudang amanah, berbahagialah!
Kelelahan kalian adalah ibadah, air mata kalian adalah doa, dan setiap langkah kalian adalah bukti cinta yang tulus. Selama kalimat suci itu terus bergema dalam hati, insyaAllah Allah akan senantiasa membersamai dan menurunkan pertolongan-Nya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."[QS. Al-Baqarah: 153]
Tetaplah semangat, wahai para bunda yang kuat. Ingatlah firman Allah di Qs At Taubah : 40
"Laa tahzan innallaha ma'ana"
(Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)
---
Semoga tulisan ini dapat menguatkan hati para ibu yang sedang berjuang menjalankan peran mulia mereka di dunia ini.