Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja?
Dewi Setiawati
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Aku seorang perempuan, istri, dan ibu.
Dalam era medsos saat ini, sering hadir pertanyaan : "mana yang lebih baik apakah menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja?" Seakan dua pilihan itu berseberangan, padahal sejatinya keduanya bisa sama-sama mulia, tergantung niat dan caranya.
Dalam pandangan agama, ibu adalah madrasah pertama. Rasulullah tak pernah meremehkan peran ibu—justru menempatkannya tiga kali lebih utama dari ayah. Tapi zaman sekarang, tantangannya tak sama. Kebutuhan hidup memaksa banyak ibu keluar rumah, bahkan terkadang karena ingin aktualisasi diri dalam pergaulannya. Tak ada yang salah, selama rumah tak kehilangan arah. Selama amanah tetap tertunaikan. Selama ibu menjaga aturan yang telah Allah tetapkan.
Namun aku juga sadar, dunia sudah berubah. Fatherless bukan hanya tentang ayah yang tak hadir fisik, tapi juga emosional. Banyak anak tumbuh tanpa sosok lelaki dewasa yang membimbing. Ibu berjuang sendiri, kadang sampai lupa memeluk dirinya sendiri. Ayah tenggelam dalam kerja atau diam di balik layar. Seringkali pula ayah hidup dengan dunianya sendiri, bersama kawan2nya yang nongkrong di luar hingga dini hari.
Kita hidup di tengah masyarakat patriarki yang sering salah kaprah: menyerahkan urusan anak sepenuhnya ke ibu, tapi menuntut hasil tanpa memberi dukungan. Padahal, anak butuh figur dari dua sisi—lembut dan tegas, sabar dan kokoh.
Minimnya ilmu parenting membuat banyak orang tua gagap. Kita membesarkan anak berdasarkan luka masa lalu, bukan ilmu. Akhirnya, gadget menjadi pengasuh utama. Anak lebih kenal YouTube daripada suara ibunya. Dan orang tua? Sibuk di layar lain, melarikan lelah pada scroll yang tak berujung. Sangat perlu sejak remaja, sudah diberikan ilmu parenting di sekolah2. Karena kelak mereka akan menjadi manajer dalam rumah tangga kecil mereka, agar generasi tidak salah arah.
Aku tidak ingin menyalahkan. Aku hanya ingin mengajak kita semua kembali bertanya: "Untuk apa kita membesarkan anak?" Bukan untuk pintar semata, tapi berakhlak. Bukan untuk sukses dunia, tapi juga selamat di akhirat.
Karena perkara mendidik dan membesarkan anak adalah amanah. Yang semuanya kelak akan dihisab.....
Menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja bukan soal mana yang lebih baik, tapi bagaimana keduanya dijalani dengan dukungan yang cukup—baik dari pasangan, keluarga, maupun masyarakat. Yang perlu dibenahi adalah sistem sosial dan pemahaman yang seringkali menuntut ibu menjadi segalanya, tapi tak menyediakan cukup ruang untuk ia menjadi “manusia”.
Menjadi ibu rumah tangga itu mulia. Menjadi ibu bekerja pun bisa penuh berkah. Tapi jangan sampai peran keibuan hilang. Karena dari rahim dan pelukan ibu, akan lahir peradaban.
Dan aku... aku sedang belajar menjadi ibu yang hadir, bukan sempurna—tapi yang nyata...