Missed Abortion
Dewi Setiawati
Dokter obgin Klinik Wirahusada Medical Centre
Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar
Sebutlah namanya Ny. Anni, 29 tahun. Hari ini adalah kali ketiganya ia datang untuk kontrol kehamilan.
Sebulan yang lalu, ia datang bersama suaminya. Saat aku melakukan pemeriksaan USG, aku melihat dua kantong kehamilan. Di dalamnya, masing-masing ada denyut jantung yang halus dan indah. “Subhanallah, kembar, Bu...” kataku.
Bahagia sekali rasanya. Jika aku menilai kebahagiaanku saat itu pada angka sembilan, maka kebahagiaan mereka tentu ada di angka sepuluh. Senyum mereka merekah, harapan mereka menjulang. “Kontrol dua minggu lagi ya, Bunda...”
Waktu pun berlalu. Dua minggu kemudian mereka kembali datang. Senyum itu masih ada di wajah mereka.
“Bagaimana kabarnya, Bu?” tanyaku.
“Agak keram sedikit, Dok...” jawabnya.
Aku kembali melakukan USG. Tampaklah dua kantong kehamilan, tapi hanya satu yang berdenyut jantungnya. Sementara yang satunya diam, sepi, tanpa kehidupan. Berkali-kali aku pastikan, namun hasilnya sama. Satu janin telah berhenti tumbuh di usia delapan minggu, sementara satunya masih bertahan dengan hentakan jantung yang kuat.
Dua pekan kemudian, mereka kembali datang. Aku periksa lagi dengan penuh harap. Namun kali ini, sungguh menyayat hati. Dua kantong kehamilan itu ada, namun tak ada satu pun denyut kehidupan. Missed abortion. Keduanya telah tiada, di usia yang begitu muda.
Tangis pun pecah. Mereka menangis, dan hatiku ikut membiru.
Betapa mudahnya Allah memberi, dan betapa mudah pula Allah mengambil. Inilah takdir yang sudah digariskan. Setiap jiwa hidup dengan ketetapan-Nya masing-masing.
Allah berfirman:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Ali ‘Imran: 185)
Dan Allah juga berjanji:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Maka, bahagialah secukupnya, bersedihlah secukupnya. Karena semua ini hanyalah titipan sementara. Tak ada yang benar2 menjadi milik kita. Pada akhirnya, hanya kepada Allah lah tempat kita bersandar, tempat kita berserah, dan tempat kita kembali.
Tidak ada satu pun kehilangan yang sia-sia. Setiap air mata yang jatuh, setiap perih yang terasa, semuanya adalah jalan untuk semakin dekat kepada-Nya. Dua janin kecil itu mungkin hanya sebentar hadir, tetapi ia menjadi perantara cinta, doa, dan kesabaran bagi orang tuanya.