CANDU

  • 12:42 WITA
  • Admin_FKIK
  • Artikel

CANDU

Oleh: Dewi Setiawati

Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar


Kata anak muda, cinta itu candu.

Ya… itu menurut para remaja yang sedang jatuh cinta....🥰


Candu, menurut guru bahasa indonesia saya saat.SMA adalah getah kering  dari tanaman papaver yang disebut sebagai opium. Namun dalam bahasa modern,  candu memiliki makna lain, yaitu sesuatu yang membuat seseorang terikat, terobsesi, dan ketagihan. Jika terpenuhi, ia melayang dalam euforia. Jika tidak, maka ia menjadi gelisah, marah, dan kehilangan kendali (itulah sebabnya tidak sedikit  remaja yg bunuh diri karena putus cinta)


Cinta bisa menjadi candu.

Karena ia membuat hati menari,  mencari, menagih, ingin lebih, lagi dan lagi.... 


Namun menurut saya, bukan hanya cinta yang menjadi candu.


Uang pun candu.

Ia membuat manusia berlari tanpa jeda, ngos2an mengejar tanpa tahu apa yang dikejar. Ketika datang, hati melonjak bahagia. Ketika kurang,  maka timbul gelisah dan haus yang tak terpuaskan. Yang sederhana  dapat berubah menjadi rakus. Yang rendah hati bisa menjadi angkuh.


 Namun bagaimana dengan rumah mewah?

Dengan jabatan? Kekuasaan?

Dengan dunia itu sendiri?


Mereka semua adalah candu.

Candu yang halus, lembut, kadang tidak terasa namun pelan-pelan mengikat dan menguasai jiwa. Membuatnya hilang kendali. 


Namun , setiap candu memiliki antidotumnya.

Penawarnya bukan obat kimia, bukan pula kekuatan fisik.

Penawarnya adalah akal yang jernih, nurani yang terjaga, dan jiwa yang penuh rasa syukur.

Penawarnya adalah qanaah,  yaitu sikap hati yang merasa cukup, meskipun sedikit.


Dalam ajaran agama, disebutkan dalam sebuah hadist bahwa:


“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, ia pasti akan menginginkan yang ketiga. Dan tidak ada yang dapat memenuhi mulut anak Adam kecuali tanah. Tetapi Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat.” HR. Bukhari dan Muslim


Ini adalah cermin.

Bahwa manusia memang diciptakan dengan hasrat yang tak pernah tuntas.

Bahwa dunia selalu menawarkan lebih, dan hati selalu ingin lebih.


Namun justru di titik itulah manusia diuji:

Apakah ia menjadi hamba dari candu-candunya,

ataukah  ia memilih menjadi tuan bagi dirinya sendiri?


Karena hidup bukan tentang memiliki segalanya,

tetapi tentang menyadari bahwa yang sedikit pun cukup,

jika hati dipenuhi rasa syukur....


Dan disitulah ketenangan hati bersemayam

bukan pada banyaknya yang kita genggam,

tetapi pada lapangnya yang kita relakan....