Darah Muda Palsu
Oleh: Dewi Setiawati
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Suatu hari yang terik di Makassar, datanglah seorang ibu berusia sekitar 60 tahun ke ruang praktik saya. Senyumnya merekah seperti anak muda yang baru jatuh cinta. Ia duduk didampingi anak perempuannya dan berkata penuh semangat,
“Dok, saya merasa seperti muda lagi! Sudah 10 tahun saya tidak haid, tapi kemarin... saya keluar darah seperti haid!”
Senyumnya sangat manis. Wajahnya begitu cerah. Tapi tidak dengan perasaan saya. Dalam dunia medis, perdarahan pascamenopause bukanlah hal seindah yang ia bayangkan.
Saya tersenyum—getir —dan mulai bertanya dengan hati-hati. Saya menggali informasi, melakukan pemeriksaan fisik, inspekulo, dan pemeriksaan dalam. Kemudian saya sarankan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menunjang diagnosis, yaitu biopsi endometrium, pap smear dan ultrasonografi transvaginal
Semua itu bukan untuk menakut-nakuti, tapi justru untuk memberi kesempatan agar sesuatu yang serius bisa ditemukan lebih awal.
---
Apa itu Perdarahan Pascamenopause?
Secara medis, perdarahan pascamenopause adalah keluar darah dari jalan lahir setelah seorang wanita berhenti haid selama 12 bulan atau lebih. Meskipun bisa disebabkan oleh hal-hal jinak seperti polip atau atrofi endometrium, 10% kasusnya berkaitan dengan kanker rahim (kanker endometrium).
Menurut studi dalam JAMA Internal Medicine (2018):
Satu dari sepuluh wanita yang mengalami perdarahan pascamenopause ternyata menderita kanker endometrium, yang menjadi jenis kanker rahim terbanyak pada wanita usia lanjut.
Faktor risiko terbesar terjadi pada wanita dengan hipertensi, diabetes dan overweight (berat badan berlebih)
Karena itu, setiap perdarahan pascamenopause harus segera diperiksakan ya.
---
Kembali ke Kisah Ibu Tadi...
Hasil biopsi pun keluar.
Dan seperti yang saya khawatirkan: kanker endometrium.
Saat saya sampaikan hasilnya, ekspresi bahagianya sempat meredup. Tapi hanya sebentar. Ia kemudian tersenyum pelan dan berkata,
“Berarti yang kemarin itu bukan tanda saya muda lagi ya, Dok… Tapi tanda bahwa Allah masih sayang saya.” ia menghela napas panjang
Saya tercekat. Pasien ini luar biasa. Alih-alih takut dan tidak terima. Beliau memilih untuk bersyukur.
Ia setuju untuk menjalani operasi pengangkatan rahim dan jaringan sekitarnya. Operasi berjalan dengan lancar. Tidak ada metastasis. Semua ditangani sejak dini. Dan kini, ia rutin kontrol, sehat, dan lebih bersemangat menjalani hidup.
---
Kadang, tubuh tidak berteriak saat ada masalah. Ia hanya berbisik. Lewat gejala kecil yang sering kita abaikan. Demam, nyeri, darah atau cairan. Itu adalah alarm.
Darah yang datang setelah menopause bukan pertanda awet muda, tapi peringatan dini dari tubuh.
Dan bila ditanggapi dengan tepat dan cepat, bisa jadi itu adalah kesempatan kedua dari Tuhan.
---
Dan bagi kita semua, mari belajar dari kisah ibu itu:
Bahwa bahkan dari sesuatu yang kita kira "buruk", Tuhan bisa selipkan kasih-Nya. Kadang lewat darah, kadang lewat sakit, kadang rasa takut. Tapi ujungnya, selalu agar kita lebih peduli pada hidup... dan lebih bersyukur atas setiap napas yang masih bisa kita hirup.
Sisa waktu yang ada, mari dipergunakan untuk memperbanyak menebar kebaikan. Untuk menuju kepada kehidupan yg abadi.
Semoga bermanfaat