JIMAT JIMAT
Dewi Setiawati
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Wirahusada Medical Centre
Dosen UIN Alauddin Makassar
“Dok, ada pasien baru masuk dengan hiperemesis gravidarum. Muntah sudah lebih dari 10 kali disertai tanda dehidrasi,” lapor seorang perawat lewat telepon dari rumah sakit.
“Baik, pasang infus ya, Sus. Saya segera ke sana,” jawabku.
Aku pun bergegas menuju lantai 9, ruang VIP tempat pasien dirawat. Di sana, kulihat seorang ibu muda berbaring lemah. Wajahnya pucat, bibir kering, dan tubuhnya terkulai tak berdaya. Satu-dua helaan nafas berat terdengar dari mulutnya. Perawat mencatat tekanan darah yang sedikit menurun dan denyut nadi yang cepat. Jelas, ini bukan sekadar “mabuk hamil biasa.”
“Assalamu’alaikum, Bu Nisa,” sapaku dengan ramah.
“Wa’alaikumussalam, Dok. Apa kabar?”
“Alhamdulillah. Ibu bagaimana?”
“Ini Dok... Saya lemas sekali. Semua makanan langsung keluar. Minum air pun langsung muntah.”
Aku pun bersiap melakukan pemeriksaan fisik. Saat membuka pakaian pasien untuk mengecek kondisi kehamilannya, tiba-tiba aku terkesiap. Mataku tertumbuk pada sesuatu yang tak biasa: peniti besar yang menyemat bawang merah di bagian dalam pakaian.
“Astaghfirullah…” gumamku refleks.
“Apa ini, Bu?” tanyaku dengan lembut namun tegas.
“Jimat dari mertua, Dok…” jawabnya pelan, nyaris berbisik. “Katanya agar bayi saya aman dari gangguan makhluk halus. Ini sudah tradisi keluarga kami. Kalau sedang hamil atau sakit, biasa dipasang bawang dan peniti seperti ini…”
Hatiku tercekat. Tradisi yang dibalut dengan kepercayaan tak berdasar ini masih begitu kuat dalam sebagian masyarakat kita.
“Bu Nisa,” ujarku perlahan sambil duduk di tepi ranjangnya, “apa Ibu tahu bahwa ini termasuk perbuatan syirik? Kita tidak boleh menggantungkan harapan perlindungan pada benda apa pun selain kepada Allah.”
Dia menatapku, antara bingung dan takut.
“Saya tahu Ibu hanya ikut apa kata mertua. Tapi ini berbahaya. Bukan hanya karena bisa menggores kulit atau menyebabkan infeksi jika kotor, tapi juga karena secara aqidah, ini menyekutukan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, 'Barang siapa menggantungkan jimat, maka dia telah berbuat syirik.' (HR. Ahmad).”
Kuraih benda itu dan membungkusnya dengan plastik kecil. “Ini saya simpan dulu ya. Kita akan rawat Ibu dengan ilmu dan doa.”
Aku pun menjelaskan kepada Bu Nisa bahwa muntah berlebihan pada kehamilan, atau hiperemesis gravidarum, terjadi karena pengaruh hormonal yang sangat tinggi terutama hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen. Ditambah stres, kelelahan, dan asupan nutrisi yang menurun, kondisi ini bisa makin memburuk.
“Ibu tak perlu jimat. Yang Ibu perlu adalah istirahat, cairan infus, obat muntah , makanan yang tepat, dan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Lalu, aku menjelaskan sesuatu yang menarik dari sudut pandang medis, “Ibu tahu, bawang merah memang punya khasiat loh. Tapi bukan untuk digantung sebagai jimat. Dalam penelitian modern, ekstrak Allium cepa atau bawang merah terbukti mengandung zat aktif seperti quercetin, flavonoid, dan senyawa sulfur yang bersifat antioksidan, anti-inflamasi, bahkan antibakteri. Tapi semua itu bekerja ketika dikonsumsi atau diolah secara benar, bukan dengan digantung di dada.”
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Medicinal Plants Research menyebutkan bahwa ekstrak bawang merah dapat menurunkan kadar radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk pada kondisi inflamasi saluran cerna.
“Jadi kalau Ibu ingin manfaat dari bawang merah, bisa nanti kita masukkan ke dalam menu makanan atau sup kaldu yang ringan. Bukan sebagai benda magis.”
Ia mengangguk pelan. Air matanya mengalir. “Saya tidak tahu, Dok. Selama ini saya cuma ikut kata orang tua…”
Aku tersenyum lembut. “Tak apa Bu. Yang penting kita sudah tahu sekarang. Allah itu Maha Pengampun, asalkan kita kembali kepada-Nya.”
Hari-hari berikutnya, kondisi Bu Nisa perlahan membaik. Cairan tubuh mulai stabil, frekuensi muntah berkurang, dan ia mulai bisa makan bubur sedikit-sedikit. Tapi lebih dari itu, ada yang jauh lebih penting: ia mulai belajar menggantungkan harapan hanya kepada Allah.
.....
Kadang, tantangan kami para dokter bukan cuma penyakit. Tapi juga mitos, kebiasaan, dan "warisan gaib keluarga besar."
Tapi tak apa. Asal sabar, ilmunya benar, dan disampaikan dengan hati, satu demi satu jimat akan gugur. Dan yang tumbuh… adalah iman dan tawakkal.
Catatan buat semua Ibu Hamil:
Kalau muntah, minumlah air putih sedikit-sedikit dan makan pula sedikit2.
Kalau lemas, rebahkan badan dan minta infus.
Kalau khawatir diganggu jin…
jangan cari peniti dan bawang, carilah Al-Qur’an
Dan kalau bingung...
Dokter + doa = solusi.
Insyaallah.
..........