Ketika Haid Tak Kunjung Datang

  • 12:41 WITA
  • Admin_FKIK
  • Artikel

Ketika Haid Tak Kunjung Datang


Dewi Setiawati

Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Wirahusada Medical Centre


Malam itu, suasana klinik sudah mulai sepi. Pasien-pasien  sudah banyak pulang, tinggal suara AC dan secangkir teh yg belum habis di meja. Tapi tiba-tiba…


"Aduh! Sakit Ma! Sakit sekali kodoong Maa!!"


Seorang remaja perempuan, kira-kira 14 tahun, masuk sambil meringis kesakitan. Tangannya memeluk perut, wajahnya pucat. Di belakangnya, Bapak dan Ibu ikut panik setengah mati. Klinik mendadak riuh lagi.


Kami memang punya SOP: kalau ada pasien gawat darurat, harus didahulukan. Maka saya pun langsung turun tangan.


Remajanya susah diajak bicara karena kesakitan, jadi saya mulai bertanya pada orang tuanya. Ini namanya alloanamnesis—bukan gaya bahasa alien, ya. Cuma istilah keren buat wawancara ke orang terdekat pasien.


“Dok, anak saya belum pernah haid. Teman-temannya sudah semua. Tapi dua bulan terakhir ini, dia suka ngeluh sakit perut tiap bulan. Kayak mau haid… tapi ndak keluar apa-apa.”

Hmmm... menarik.

Saya lanjutkan pemeriksaan dari kepala sampai kaki. Semuanya normal. Tanda-tanda pubertas juga ada: payudara tumbuh, rambut di ketiak dan daerah pubis juga sudah ada. Perutnya rata, ndak ada benjolan mencurigakan.


Tapi waktu saya periksa area genital bagian dalam…

Saya terdiam sejenak.

Ada sesuatu yang menutupi seluruh pintu keluar vaginanya. Selaput dara utuh, tidak berlubang.


“Ya Allah… hymen imperforata.”

Selaput dara yang seharusnya berlubang untuk mengalirkan darah haid… justru menutup rapat. Tidak ada jalan keluar. Kasihan sekali.


Saya langsung minta USG. Dan benar, terlihat jelas:

Hematokolpos: darah terkumpul di vagina,

Hematometra: darah juga menumpuk sampai ke rahim.


Bayangkan... tubuhnya sebenarnya sudah “haid”, tapi darahnya terperangkap di dalam karena tidak ada jalan keluar.


Pantas saja remaja ini kesakitan luar biasa...


Saya berikan obat pereda nyeri dan pelan-pelan menjelaskan ke orang tuanya:

“Bapak, Ibu... Ini harus operasi, ya. Kita perlu buat jalan keluar untuk darahnya. Insya Allah aman, dan setelah itu siklusnya akan berjalan normal.”

Mereka mengangguk, masih shock tapi mulai paham.

---


Sekilas Renungan...


Kita para perempuan kadang suka mengeluh saat datang bulan.

Sakit perut, lemas, mood swing, jerawatan, dan seabrek drama lainnya.


Tapi malam itu saya diingatkan...


Ada yang justru menanti-nanti datang bulan.

Ada yang menangis karena belum juga haid.

Ada yang harus dioperasi agar bisa mengalaminya.


Jadi kalau bulan depan si tamu bulanan datang, meski sambil meringis di pojokan kamar, cobalah bisikkan pelan dalam hati:

“Alhamdulillah… Terima kasih, Ya Allah.”

Karena ternyata, tidak semua perempuan diberi kemudahan seperti kita.

---


Kalau kamu merasa kisah ini bermanfaat, boleh dibagikan ke teman-teman perempuan lainnya. Siapa tahu, ada yang terinspirasi untuk lebih mengenali tubuhnya… dan lebih banyak bersyukur...


Alhamdulillahi rabbil alamin...